Melasti Pantai Batu Bolong


Gue dapat tugas lagi dari tempat magang buat motret upacara Melasti. Upacara ini dilakukan di daerah Pantai Batu Bolong, Canggu, Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali. Gue paling demen kalau ada tugas liputan yang nggak biasa atau belum pernah gue temui.

Bermodalkan sebuah motor dan panduan arah dari Google Maps gue langsung berangkat. Saat itu gue berangkat pukul 10 pagi. Gue menempuh waktu 30 menit dari Kerobokan Kelod. Untungnya Google Maps masih bersahabat dan nggak ngelindur, sampailah gue di Pantai Batu Bolong. Saat itu gue cuma bayar tiket masuk sekitar 20.000 Rupiah, kalau nggak salah sih, rada lupa juga.

Pantai ini lumayan rame tapi menurut gue nggak seramai Pantai Kuta atau Sanur, turis asing juga banyak, ya iyalah Bali gitu..

Upacara Melasti ada di bagian samping pintu masuk pantai. Nah, kesalahan gue yang pertama adalah gue nggak bawa kamen Bali. Jadi ya gue nggak bisa masuk area upacara tetapi gue masih bisa motret dari jarak yang nggak terlalu jauh. Untung gue pakai lensa wide - zoom jadi ya masih terjangkau buat motret upacaranya. Saat itu nggak ada orang lain yang motret selain gue dan panitia upacara. Beruntung banget gue, dapat leluasa untuk explore angle. Gue kira pas di lokasi ada banyak wartawan atau fotografer lain.

Melasti pun dimulai, para peserta sembahyang bersama. Yang baru gue tahu, jumlah sesaji saat Melasti lebih banyak. Selain itu ada beberapa unggas yang digunakan untuk sesembahan, seperti ayam dan bebek. Saat Melasti dimulai gue mulai merasakan atmosfer yang berbeda, gue motret sambil ngerasain merinding. Oh iya, diartikel ini gue nggak ngejelasin banyak tentang arti Melasti, kalau kalian tahu apa itu Melasti kalian bisa mengunjungi artikel ini => about Melasti.


Gue tambah merinding saat di tengah-tengah upacara ada beberapa orang yang kesurupan, beberapa orang tersebut terlihat berteriak, nah lhoo... Ahh gue cuek aja dan ngelanjutin motret. Beberapa peserta pria ada yang menusukkan Keris ke perut mereka, dan nggak cuma satu Keris tetapi langsung dua Keris sekaligus yang ditusukkan ke dada mereka. Ngeri cuy.. udah merinding tambah lagi ngerasa ngilu motretnya. Selain itu seekor bebek yang digunakan sebagai sesembahan disembelih dengan cara yang tidak biasa. Cara menyembelih bebek tersebut dilakukan oleh beberapa pria yang bertugas untuk memegang bebek dan seorang pria yang bertugas sabagai penyembelih. Sebelum menyembelih hewan tersebut bibir mereka tampak mengucapkan sebuah doa.







Setelah melakukan serangkaian ritual di halaman Pura, mereka melanjutkan berjalan menuju pantai sambil membawa beberapa sesaji. Nah gue melakukan kesalahan lagi, jadi saat berjalan menuju pantai ada seorang wanita yang kesurupan, dengan spontan gue potret wanita tersebut dan gue nggak mau ketinggalan momen.

menuju bibir pantai
Gara-gara terlarut dalam motret, gue nggak lihat sekitar, pas gue nengok sekitar.. ternyata gue ada di tengah-tengah kerumunan peserta Melasti. Anjayy.. mampus, gue bisa dimarahin orang nih, yang gue khawatirkan lagi, gue bisa dapat  citra buruk gara-gara ada ditengah upacara. Gue khawatir kalau dikira nggak menghormati, padahal gue udah berusaha buat jaga jarak. Yaaa.. begitulah kadang kalau udah motret gue terbawa suasana. Sadar berada di tengah, gue langsung minggir dan melanjutkan motret, saat itu nggak ada peserta yang mengingkatkan sih tapi gue tetep sadar diri.


Beberapa peserta terlihat meletakkan sesaji di air laut, bahkan beberapa unggas juga mereka lemparkan.



Kali ini gue ngerasa seneng, karena bisa menemui budaya baru yang belum pernah gue temui. Motret kali ini sekaligus untuk pembelajaran gue supaya nggak teledor saat motret, apalagi ritual suci seperti ini.

Comments

Popular posts from this blog

Bunker Kuno Balaikota Surakarta

Telaga Sarangan, Paradise at Slope of Mt. Lawu