Mie Lethek, Traditional Noodles That Require Regeneration
Lu pernah denger “Mie Lethek”?,
Kalau orang Jogja sih mungkin sudah banyak yang tahu.
Oke gue mau berbagi sedikit
cerita buat kalian. Memang kebetulan akhir-akhir ini gue lagi demen bikin foto
story. Foto dalam cerita ini sengaja gue bikin hitam putih supaya yang nonton
bisa fokus ke subyek yang gue maksud. Langsung aja yuks..
Mie diet ubi kayu atau yang biasa dikenal
sebutan mie lethek adalah sejenis bihun yang warnanya kusam berbahan dasar
tepung tapioka dan tepung gaplek (singkong). Seperti namanya, Lethek berasal
dari bahasa Jawa dan setahu gue artinya kotor, kusam, lusuh, dan sejenisnya. Mie
lethek sudah berdiri sekitar 1940-an. Nah, yang bikin gue tertarik buat motret adalah
pada proses pembuatannya. Jangan harap Lu nemuin sesuatu yang modern pada
proses pembuatannya. Pabrik mie lethek ini terletak di Desa Trimurti, Kecamatan
Srandakan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Menurut informasi yang gue dapatkan
dari salah satu pekerja, pabrik mie lethek ada dua dan keduanya sama-sama
berlokasi di Jogja. Dicerita ini gue motret pabrik yang berada di Srandakan.
Proses
pembuatan mie lethek ini masih sangat tradisional. Gue nggak tahu berapa
pastinya total pekerja di pabrik mie lethek. Pekerja disini didominasi oleh orang
berusia 50 tahun keatas. Saat di pabrik yang lihat hanya ada 2 orang anak muda.
Ini yang bikin gue salut, meskipun tergerus zaman mie lethek masih berproduksi
hingga saat ini.
Semua
bahan dasar mie lethek terbuat dari bahan alami dan tanpa pengawet. Keunikan
lain ada pada proses perataan adonan yang menggunakan tenaga sapi. Proses pembuatan
diawali dengan mencampurkan tepung tapioka dan tepung gaplek yang kemudian
diberi air ke dalam sebuah bak berukuran cukup besar. Bahan tersebut direndam
selama beberapa saat untuk dijadikan adonan. Setelah mengental mereka
memindahkan adonan ke sebuah tempat untuk dipadatkan. Sorry cuy gue lupa tanya
nama tempat buat madatin adonan.
adonan mie lethek |
Ini
nih yang gokil, mereka memadatkan adonan dengan cara diinjak injak. Selanjutnya,
adonan tadi dibentuk kotak dengan ukuran yang lumayan besar. Adonan tersebut
kemudian dikukus ke dalam tungku tradisional yang ukurannya cukup besar. Tungku
disini masih menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya.
proses pemadatan adonan |
adonan yang sudah dibentuk dimasukkan ke dalam tungku |
kayu kering sebagai bahan bakar tungku |
Setelah
dikukus, adonan dibawa menggunakan keranjang bambu ke sebuah wadah berbentuk
lingkaran untuk digiling. Sepengelihatan gue, adonan yang mereka bawa cukup
berat, kelihatan dari wajah mereka saat akan mengangkatnya. Nah, tenaga sapi
dilibatkan dalam proses penggilingan. Proses ini mereka sebut “nyelender”.
Proses nyelender ini cukup menguras tenaga, karena memerlukan waktu beberapa
jam agar adonan benar-benar halus.
adonan yang telah selesai dikukus |
seorang pekerja sedang meratakan adonan |
proses nylender |
Selesai
digiling, adonan dimasukkan ke dalam sebuah mesin khusus untuk untuk pencetakan
mie. Mesin ini nggak secanggih yang lu bayangkan men.. dalam proses ini saja
dibutuhkan beberapa tenaga pekerja. Ada yang bertugas memasukkan sambil menekan
adonan dan ada pekerja yang menyiapkan wadah untuk mie yang sudah terurai. Mie
yang sudah terurai tadi kemudian dipisahkan ke wadah yang sudah mereka
persiapkan. Menurut gue wadah mie ini juga unik, karena berbahan anyaman bambu. Setelah dipisahkan mie dikukus ke dalam tungku selama beberapa jam.
seorang pekerja sedang mengurai mie yang keluar dari mesin |
pemisahan mie |
pengukusan mie |
Lanjut
ke proses yang terakhir, yaitu proses penjemuran. Proses penjemuran sangat bergantung
pada cuaca, karena memerlukan bantuan panas matahari untuk mengeringkan mie.
Gue nggak kebayang kalau pas musim hujan mereka mengeringkannya gimana ya?..
Padahal untuk mengeringkan mie lethek membutuhkan waktu sekitar 8 jam.
proses penjemuran mie lethek |
penjemuran mie lethek |
FYI guys, ternyata mie lethek
adalah satu makanan favorit Bapak Susilo Bambang Yodhoyono. Gue taunya dari
sebuah kliping koran yang mereka pajang di dekat pabrik mie.
Pemilik usaha mie lethek
menjualnya dengan nama “Mie Bendo Asli Cap Garuda”. Harga mie lethek di pasaran
sekitar 8000 Rupiah per bungkus, itu kalau belinya ngecer.
Serangkaian proses pembuatan mie
tadi bikin gue penasaran akan rasa mie lethek. Berbekal saran dari seorang
pekerja gue langsung cari tempat yang menjual mie lethek.
Gue rasa pekerja mie lethek
membutuhkan regenerasi. Rasanya gue nggak tega lihat bapak-bapak yang sepuh
dengan kerjaan yang menguras tenaga. Tapi dibalik semua itu, gue salut dengan
keramah tamahan mereka. Sejak pertama datang gue sudah diajakin guyon dengan
para pekerja.
Comments
Post a Comment